Inggris dan Perancis sama sekali tidak mengharapkan Jerman merebut Polandia, tapi Uni Soviet. Sebaliknya, Jerman sudah mengantisipasi tidak menyerang Uni Soviet segera, tapi menyerang berbagai negara di Eropa Barat. Untuk menjaga Inggris dan Perancis agar tidak menyerang Jerman, Adolf Hitler meluncurkan Peace Appeal. Hitler menggunakan stasiun radio Jerman untuk menyiarkan ke dunia tanpa henti : “Jerman tidak akan menyerang Inggris dan Perancis”. Propaganda lain seperti pemberitaan Peace Appeal dan ketenangan Inggris & Prancis, juga diterbitkan dalam pemberitaan media Jerman.
Pasukan Jerman hanya perlu beberapa jam untuk menaklukkan Denmark pada 9 April 1940. Tampak pada gambar, ribuan tentara Jerman memasuki Kopenhagen, diiringi artileri dan pesawat yang siaga penuh.
Armada Laut Jerman juga melakukan pergerakan cepat dengan menduduki Pelabuhan Laut potensial milik Denmark.
Seorang komandan Jerman yang memberikan pengumuman tanpa henti kepada warga Kopenhagen bahwa Jerman kini menguasai sepenuhnya negeri Denmark.
Tentara Jerman juga menemui beberapa pemberontakan dari para milisi Denmark yang gagah berani.
Hitler berteriak keras untuk perdamaian, tetapi pada saat yang sama justru menambah angkatan bersenjatanya. Jerman telah membuat pesawat, tank dan meriam hingga ratusan kali lipat sejak awal produksi. Jumlah kapal selam meningkat 60-100. Pasukan itu diperluas menjadi 156 divisi. Artinya, kekuatan militer Jerman telah melampaui jumlah Inggris dan Perancis. Hitler mengirim tentaranya dari Polandia dan Jerman untuk garis barat diam-diam. Namun berkat informasi dari intelijennya yang mengetahui skema Inggris dan Prancis untuk menyerang Uni Soviet, akhirnya Jerman menunda rencana untuk menginvasi Perancis. Akhirnya, Hitler memutuskan untuk menyerang Denmark dan Norwegia terlebih dulu sebelum menyerang Eropa Barat.
Setelah menduduki Kopenhagen, Jerman kini sudah memiliki salah satu Communication Center terbaik di Eropa, dan mempermudah untuk berkomunikasi antara Berlin-Kopenhagen.
Berkat pengalaman invasi di Austria, Jerman juga merubah strategi penjagaan di perbatasan. Maka, sejak menguasai Denmark, semua titik perbatasan penting dijaga super ketat oleh infantri Jerman.
Inspeksi harian para penjaga juga dilakukan setiap hari, seperti yang terlihat dibawah jembatan Jutland Peninsula dan Feehan Island.
Inilah kelebihan dari militer Jerman : sangat disiplin dan sistemik dalam bergerak, sehingga Denmark bisa dikuasai hanya dalam hitungan jam.
Lokasi Denmark, Norwegia dan Swedia adalah negara dengan posisi paling strategis untuk bisa menyerang Inggris dan Perancis. Denmark terletak di antara Laut Baltik dan Laut Utara dan Norwegia terletak di bagian utara Semenanjung Skandinavia. Adalah mungkin bagi Jerman untuk membatasi pergerakan Armada Inggris di Atlantik dan Laut Baltik begitu menduduki kedua negara tersebut. Selain itu, kapal Angkatan Laut Jerman bebas bisa masuk ke Laut Utara dan daerah Atlantik untuk menjaga transportasi bijih besi [iron ore] dari Swedia ke Jerman [Jerman mengkonsumsi 15.000.000 ton bijih besi tiap tahun, dan 11.000.000 ton diimpor dari Swedia melalui Norwegia].
Seorang perwira sedang mengamati kegiatan pelabuhan di Kopenhagen. Dari kejauhan tampak kapal-kapal militer Jerman sedang merapat silih-berganti.
Raja Denmark Christian Carl Frederik Albert Alexander Vilhelm masih mendapatkan sambutan hangat rakyatnya, meskipun Denmark telah jatuh ke tangan Jerman.
Beberapa perwira tinggi Denmark ditangkap, ditutup matanya, dan langsung dieksekusi tanpa ampun oleh Jerman. Mereka yang melawan justru akan mendapat perlakuan lebih mengerikan dari Waffen SS.
Tidak hanya para pria, wanita dan anak-anak yang terlihat mencurigakan juga tak luput dari interogasi. Gambar ini menunjukkan interogasi dadakan tentara Jerman pada seorang wanita bersama anaknya ditengah kota Kopenhagen.
Pada 9 April 1940, pesawat pembom Jerman muncul di langit Kopenhagen ketika orang-orang Denmark masih dalam tidur mereka. Pada saat yang sama angkatan bersenjata Jerman berkumpul di perbatasan Jerman-Denmark untuk memulai serangan. Pasukan Angkatan Laut juga telah tiba di titik-titik strategis Denmark, seperti Pulau Sjaelland, Furth dan Falster. Duta Besar Jerman mengajukan ultimatum kepada Raja Denmark di pagi harinya. Raja Denmark Christian Carl Frederik Albert Alexander Vilhelm mengadakan pertemuan kabinet segera. Setelah argumentasi alot, akhirnya mereka menerima ultimatum Jerman. Semua angkatan bersenjata diperintahkan untuk meletakkan senjata mereka. Pukul 8 pagi pada hari yang sama, negara-negara Denmark menerima pesan mengejutkan pada radio mereka : “ Denmark menerima perlindungan Jerman”. Semua orang bingung dan merasa tak berdaya. Jerman hanya perlu 4 jam untuk merebut Denmark.
Beberapa media lokal tetap berusaha untuk menjadi jembatan informasi antara Denmark dan dunia luar. Bahkan, segala bentuk kamuflase digunakan agar bisa lolos dari sergapan Gestapo Jerman, seperti klinik gigi yang disulap menjadi ruang redaksi ini.
Beberapa satuan unit infantri Jerman bersiap-siap berangkat ke Norwegia. Mereka diberangkatkan dari Sungai Weser pada 6 April 1940.
Pesawat Bomber Jerman berputar-putar dilangit pelabuhan Norwegia, sebagai pertanda bahwa supremasi udara Norwegia telah dikuasai Jerman.
Pendaratan pasukan Jerman pertama kali di Norwegia, tepatnya di Pantai Narvik.
Angkatan bersenjata Jerman dengan cepat menangkap titik-titik strategis dan menguasai sarana transportasi setelah menyerang Denmark. Kendaraan harus berhenti untuk diperiksa dan diinterogasi sebelum mereka menyeberangi jembatan yang menghubungkan Semenanjung Jutlandia dan Pulau Feehan. Angkatan bersenjata Jerman memperkuat keamanan di bawah jembatan untuk menghindari kerusakan apapun. Setelah Denmark telah jatuh ke tangan Jerman, Raja Denmark Christian Carl Frederik Albert Alexander Vilhelm masih menyempatkan diri untuk memeriksa kota dari atas kuda.
Tanggal 9 April 1940, Angkatan Laut Jerman telah menguasai sepenuhnya supremasi laut di wilayah utara Norwegia.
Inovasi strategi pasukan penerjun (paratroopers) Jerman, yang mendarat tepat dibelakang garis pertahanan lawan, dan kelak strategi ini diadopsi dalam perang modern.
Kapal perang raksasa Blutcher yang rusak parah diterjang torpedo dari tentara Norwegia di Benteng Oscarborg.
Beberapa waktu kemudian, sebuah monumen didirikan untuk mengenang para prajurit dan awak kapal yang tewas diatas kapal Blutcher.
Pada hari yang sama [9 April], pasukan dari angkatan udara Jerman telah merebut Oslo. Angkatan laut dan darat dari Jerman lainnya juga masuk melalui pantai Kristiansand, Stavanger dan Larvik. Konsentrasi penyerangan dilakkan di pelabuhan Fjord Oslo. Prajurit Norwegia membuka peperangan dari benteng Oscarborg dan juga meluncurkan beberapa torpedo. Mereka telah merusak dan menenggelamkan beberapa kapal Jerman termasuk Blutcher. Kapal pengangkut ini terkena dan rusak parah karena dua roket dan dua torpedo. Kapal penjelajah berat ini terbalik dan tenggelam dengan 1.600 personil. Dua Jenderal Angkatan Laut Jerman ditangkap hidup-hidup dan sisanya kembali bebas segera setelah Norwegia diduduki Jerman.
Tanggal 10-13 April 1940, armada laut Jerman turut diserang oleh Angkatan Laut Inggris yang sedang melintas di Norwegia, dan menderita kerugian besar.
Taktik serangan kilat (Blitzkrieg) seteleh dibombardir terlebih dahulu dari udara juga dilakukan untuk menaklukkan Norwegia.
Infantri Jerman memasuki salah satu kota di Norwegia dengan siap siaga.
Tidak hanya jalur mobil dan laut, tentara Jerman juga menyiagakan pasukannya dijalur kereta Oslo-Bergen.
Raja Norwegia dan beberapa personil pemerintah dievakuasi segera. Meskipun tentara Norwegia telah melakukan perlawanan, tapi kekuatan militer masih terlalu lemah untuk mengalahkan Jerman. Pada tanggal 10-13 April 1940, Angkatan Laut Jerman diserang oleh angkatan bersenjata Inggris di Norwegia. Jerman kehilangan 10 kapal dan lebih dari 300 pelaut. Infanteri Jerman berpencar-pencar dikota Norwegia setelah pesawat pembom mereka menghancurkan tempat itu. Jerman menggunakan taktik yang sama, blitzkrieg untuk menangkap kota-kota di Norwegia satu demi satu.
Seorang pengikut Hitler atau pembelot mantan Menteri Pertahanan Norwegia, Vidkun Abraham Lauritz Jonsson Quisling.
Norwegian Vidkun Quisling (kiri) mendapat mandat penuh dari Adolf Hitler untuk membentuk pemerintahan boneka langsung dibawah kekuasaan Jerman.
Tentara Nasional Norwegia memang sudah terbiasa dengan peperangan di medan bersalju. Dan metode inilah yang juga dimanfaatkan oleh Jerman.
Milisi Norwegia melakukan sabotase dibeberapa bendungan air Norwegia. Hal ini dilakukan untuk mencegah Jerman mengembangkan teknologi nuklirnya, yang notabene membutuhkan sumber daya air dalam jumlah besar.
Untuk Norwegia, Adolf Hitler mengadopsi dua strategi. Pertama, ia memiliki pengkhianat dari Norwegia, mantan Menteri Pertahanan, Vidkun Abraham Lauritz Jonsson Quisling. Kedua, ia juga memiliki Fifth Garrison. Vidkun Quisling merebut stasiun penyiaran Norwegia untuk memproklamirkan diri sebagai Perdana Menteri baru. Di sisi lain, Hitler memerintahkan Duta Besar Jerman yang berbasis di Norwegia untuk bernegosiasi dengan Raja dan pemerintahan boneka pada tanggal 10 April untuk meminta Raja untuk mengotorisasi Vidkun Quisling sebagai kepala pemerintahan di Oslo.
Sejumlah Wanita Norwegia yang patriotik, memberanikan diri menulis kata-kata Anti Nazi dipunggungnya dengan menggunakan lipstick
Sekolah-sekolah di NOrwegia terpaksa ditutup untuk menghindari jatuhnya korban perang. Sebagai gantinya, para guru Norwegia membuka sekolah-sekolah darurat untuk tetap bisa mengajar.
Para milisi wanita tetap mempublikasikan suratkabar nasional dari dalam Apartemen tersembunyi di Oslo.
Reporter radio Norwegia mendengarkan dengan seksama siaran radio BBC untuk mencari segala informasi dalam Perang Dunia II.
Raja Norwegia Haakon VII dan anggota pemerintah menolak permintaan dari Jerman. Mereka juga menyiarkan melalui stasiun radio untuk memanggil para prajurit Norwegia dan warga sipil untuk melawan Jerman. Duta Besar Jerman mengikuti perintah dari Hitler meminta untuk bertemu Raja lagi pada tanggal 11 April. Permintaan itu ditolak. Jerman segera mengirimkan pesawat-pesawat pembom mereka di malam hari untuk mengebom basis Raja dan anggota pemerintah. Namun, Raja dan anggota pemerintah telah mengungsi ke tempat yang aman sebelum serangan udara tersebut. Akhirnya, pemerintahan darurat Norwegia berpindah ke Andalsnes, sebuah kota di kotamadya Rauma pantai barat. Mereka bersatu dengan militan angkatan bersenjata untuk melaksanakan perlawanan.
Bahan selimut, makanan dan obat-obatan disiapkan oleh tentara Inggris sebelum berangkat ke Norwegia. Namun, semuanya sudah terlambat, karena Jerman sudah menguasai Norwegia sebelum pasukan Inggris tiba.
Tentara Perancis dan Inggris terlibat pertempuran sengit dengan Jerman di pegunungan Narvik, Norwegia.
Kapal penyapu ranjau Inggris Firefly sedang melintas di perairan Trondheim. Sayang, kegiatan kapal ini diketahui oleh Jerman dan langsung tenggelam karena diserang bertubi-tubi oleh Angkatan Laut Jerman.
Pangeran Gustaf Adolf VI sedang melakukan inspeksi diatas kapal laut Swedia.
Kapal tempur Jerman sedang menenggelamkan kapal transport Inggris, Orama. Sebanyak 100 orang Inggris menjadi tawanan perang Jerman pasca tenggelamnya Orama.
Angkatan bersenjata Inggris dan Prancis lambat bertindak. Mereka hanya mendarat di Namsos Narvik dan pada tanggal 14 dan 16 April 1940. Tentara sekutu di Mid-Norwegia memulai serangan untuk Trondheim pada tanggal 19 April. Tentara sekutu tidak punya tank, meriam atau dukungan udara. serangan mereka gagal. Mereka telah ditarik dari pantai barat Mid-Norwegia pada tanggal 2 Mei. Pada tanggal 28 Mei, tentara sekutu menduduki Narvik Norwegia Utara, tapi karena angkatan bersenjata Inggris dan Perancis telah ditarik dari medan perang Eropa Barat, mereka juga ditarik dari Norwegia pada awal Juni. Beberapa kapal dagang Norwegia memasuki pelabuhan Inggris untuk mencari suaka. Kapal dagang ini memainkan peran penting dalam transportasi laut Atlantik di kemudian hari. Pada tanggal 10 Juni, angkatan bersenjata Jerman menduduki seluruh Norwegia dan Vidkun Quisling membentuk pemerintahan di bawah perlindungan militer Jerman.
Teknisi sedang mengecat logo di bagian sayap pesawat tempur Angkatan Udara Swedia.
Jerman memperkenalkan unit infantri tempurnya yang legendaris : Howitzer. Penembak jarak jauh ini diperkenalkan pertama kali di semenanjung pantai Swedia, tepi laut Barents.
Kapal selam Jerman juga memperkenalkan metode baru : pengisian bahan bakar untuk pesawat amphibi Jerman. Jadi, pesawat amphibi berfungsi sebagai pengintai, dan kapal selam Jerman yang akan menghancurkannya.
Jerman justru membangun kembali pabrik mobil di Swedia pasca invasi. Tujuannya jelas : membantu pembuatan Tank dan kendaraan perang Jerman. Terbukti, dalam kurun setahun, 800 unit tank dan 800 kendaraan lapis baja berhasil diproduksi di Swedia.
Dari pertempuran di Norwegia, total korban dari pihak Jerman adalah kehilangan 5.700 orang dengan 10 kapal, 3 kapal penjelajah dan 4 kapal selam. Total korban dari Inggris, Perancis dan pasukan bersenjata Norwegia 5.000 orang dengan British hilang 1 kapal induk, 1 mobil dan 7 kapal perusak. Perancis kehilangan 1 kapal perusak.