Bahasa Indo Eropa adalah rumpun Bahasa terbesar dan hampir sebagian besar negara di dunia menggunakan bahasa Indo-Eropa sebagai bahasa Official-nya, termasuk negara-negara besar seperti Amerika, India, Iran, Rusia, dan lain-lain.
Bahasa dari rumpun Indo-Eropa dituturkan hampir lebih dari 3 Miliar jumlah penutur asli, dari Inggris sampai ke India, total berjumlah 447 bahasa, dengan bahasa Hindi, bahasa Spanyol, dan bahasa Inggris sebagai bahasa yang paling banyak penuturnya.
Dalam hal budaya Klasik, Ilmu Pengetahuan, serta dalam hal Religi, Bahasa Indo-Eropa berperan besar baik bagi dunia barat maupun dunia timur, baik itu di masa lalu maupun di masa sekarang. Dalam dunia barat, Bahasa Yunani dan Latin digunakan sebagai bahasa Klasik agama Kristen dan Katholik, serta dalam hal ilmu pengetahuan, terutama Biologi, bahasa latin berperan sangat besar.
Sementara di dunia timur, Bahasa Sansekerta berperan sangat besar dalam pembelajaran agama-agama besar seperti agama Hindu dan agama Buddha. di dalam agama Buddha sendiri, bahasa yang digunakan sebagai pembelajaran bukan hanya dengan bahasa Sansekerta, tetapi juga dengan menggunakan bahasa Pali yang juga bahasa Indo-Eropa turunan dari bahasa Sansekerta.
Di timur tengah pun, seperti Iran, bahasa Persia Kuno, juga berperan dalam pembelajaran agama Zoroastrian, agama asli orang Iran/Persia sebelum masuknya agama Islam. Bahkan sampai sekarang beberapa bahasa Indo-Eropa seperti bahasa Inggris berperan penting sebagai bahasa internasional.
Berikut gambar peta negara yang memakai bahasa Indo-Eropa sebagai bahasa Official.
Warna hijau tua menunjukkan negara dengan mayoritas penduduk berbahasa Indo-Eropa
Warna hijau muda menunjukkan negara dengan bahasa Indo-Eropa sebagai bahasa minoritas
Sejarah pembelajaran bahasa Indo-Eropa
Sejak zaman Socrates (469-399 BC), orang-orang Yunani kuno sudah mengetahui bahwa bahasa mereka sudah berubah jauh dari bahasa leluhur mereka sejak zaman Homer (sekitar 730 BC). Dan orang-orang Roma juga menyadari kemiripan bahasa mereka dengan bahasa orang Yunani, sementara di India, Pānini telah mendeskripsikan seluk beluk tata bahasa sansekerta.
Di barat, sebagian besar orang Eropa masih mengira bahwa bahasa mereka adalah turunan dari bahasa Yahudi sejak zaman santo Agustinus, dan ada satu pelajar bernama Joseph Scaliger (1540-1609) yang menantang bahwa bahasa orang Eropa, seperti bahasa turunan Latin, bahasa Jermanik, bahasa Slavik, dan bahasa Yunani bukan bahasa turunan Yahudi, dengan membandingkan kata Tuhan dalam bahasa-bahasa tersebut, dan memang terbukti bahwa bahasa mereka bukan bahasa turunan Yahudi. hal ini membuat mereka bingung darimana bahasa mereka sebenarnya berasal.
pada abad ke-16, dimana para orang Eropa sudah memulai penjelajahan, saat mereka singgah di India, mereka menemukan kemiripan-kemiripan antara bahasa-bahasa Eropa dengan bahasa India. Thomas Stephens, seorang misionaris dari Inggris mencatat banyaknya kemiripan antara bahasa India terutama bahasa Konkani, dengan bahasa Latin dan bahasa Yunani.
Publikasi pertama yang memberitahukan bahwa ada kemiripan antara bahasa India dan bahasa Eropa dimulai dari Filippo Sassetti (lahir di Florence, Italia pada tahun 1540 M), seorang pedagang Florence yang melakukan perjalanan ke India. Dia adalah salah seorang dari Eropa yang pertama kali mempelajari bahasa Sansekerta India kuno. Filippo Sassetti mencatat beberapa kemiripan kata antara bahasa Sansekerta dengan bahasa Italia, antara lain:
- Deva/Dio "Tuhan"
- Sarpa/Serpe "Ular"
- Sapta/Sette "Tujuh"
- Asta/Otto "Delapan"
- Nava/Nove "Sembilan"
Selanjutnya, seorang sarjana bahasa asal Belanda, Marcus Zuerius Van Boxhorn mencatat kesamaan di antara bahasa-bahasa Indo-Eropa termasuk bahasa Jerman, Persia, Rusia, Latin dan Yunani. Namun pada masa itu hipotesis dia tak begitu dikenal orang banyak.
hipotesis tentang bahasa Indo-Eropa kembali diperkenalkan oleh Sir William Jones (tahun 1788) dengan membandingkan 4 bahasa kuno Persia, Sansekerta, Latin, dan Yunani.
Setelah dipublikasikan bahwa bahasa Eropa dan bahasa India-Persia serumpun, orang Eropa mulai mencari tahu siapa leluhur mereka, dan mulai menyelidiki sejarah India-Persia. Dari hasil penyelidikan tersebut, mereka menemukan bahwa bangsa India dan Persia memiliki leluhur yang sama yaitu bangsa Arya (Airya dalam bahasa Persia, Ayya dalam bahasa Pali, dan Aria dalam bahasa Yunani), maka orang Eropa yang beranggapan bahwa mereka mempunyai bahasa yang sama, mereka akhirnya juga menganggap bangsa Eropa sebagai bagian dari bangsa Arya.
Kata Indo-Eropa sendiri pertama diperkenalkan oleh Thomas Young (tahun 1813) dimana sebelumnya rumpun bahasa ini masih dikenal dengan sebutan nama rumpun bahasa Arya
Dalam penyelidikan sejarah bangsa Indo-Eropa / bangsa Arya, orang Eropa menemukan bahwa lambang Swastikalah lambang tertua yang pernah digunakan oleh bangsa Arya. Karena hal inilah, Hitler dalam partai Nazi menggembar-gemborkan nama bangsa Arya dan lambang Swastika.
Ini gambar swastika yang ditemukan di peradaban lembah sungai Indus di Pakistan
Ini diperkirakan adalah lambang swastika tertua yang pernah ditemukan, ada di Iran/Persia.